Cuitan SBY di twitter |
Pasalnya Pemerintah sedang gencar memerangi berita Hoax, tidak hanya di Indonesia berita Hoax kini menjadi permasalahan yang sama yang dihadapi oleh Pemerintah di seluruh dunia. Sementara terkait cuitan SBY, Jokowi mengajak masyarakat untuk memerangi kumpulan berita Hoax dan jangan banyak mengeluh.
"saya kira sudah lama kita bertarung dengan yang namanya kabar bohong yang namanya Hoax itu, saya kira sudah bertarung lama lah dan ini terus menerus kita harus seluruh masyarakat kita harus mulai membangun sebuah budaya baru, membangun sebuah nilai-nilai kesopanan, nilai-nilai kesantunan dalam kita berucap dalam kita menyampaikan ujaran-ujaran di media sosial, jangan menghasut, jangan memfitnah, jangan menyebarkan kabar bohong, jangan menyebarkan ujaran kebencian itu yang selalu saya sampaikan dimana-mana kan dan ya saya kira kita beradapan dengan masalah keterbukaan ini ya seperti itu ya kita hadapi karena semua negara juga menhadapi gak perlu banyak peluang lah kalau saya ya" ujar Joko Widodo Presiden Republik Indonesia.
Sementara itu Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memastikan cuitan yang di sampaikan Presiden ke 6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di akun twitter merupakan pendapat pribadi yang harus dihormati. Lebih lanjut JK menekankan siapapun boleh menyampaikan pendapat selama tidak melanggar aturan, oleh karena itu twitt SBY dinilai JK sebagai masukan yang membangun.
"twitter kan sebuah pribadi ya, ya itu pandangan pribadi Pak SBY ya kita terima pandangannya masa pandangan seseorang saja kita tidak bisa berikan kesempatan untuk mempunyai pandangan, itu soal pribadi pandangan pribadi semua orang berhak kok membuat pandangan pribadi. Itu kata-kata pribadi ya saya tidak ada minat sepaham atau tidak tapi saya menganggap itu ya Pak SBY ada pandangan seperti itu" ucap Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia.
Sebelumnya Presiden ke 6 RI Susilo Bambang Yudhoyono gusar dengan kondisi negara saat ini. Melalui akun twitternya pada 19 Januari lalu SBY menulis "Juru fitnah & penyebar 'hoax' berkuasa & merajalela. Kapan Rakyat & yg lemah menang?"